Total Tayangan Halaman

Rabu, 18 Desember 2013

Cerpen : Buah Kesabaran

Buah Kesabaran
       
        Di pagi hari yang cerah, hiduplah seekor Laba – Laba yang sedang membuat tempat tinggal di dahan Pohon agak besar. Sepertinya umur Pohon itu sama dengan si Laba – Laba. Si Laba – Laba membangun rumahnya dengan tekun. Berhari – hari lamanya. Pohon dibuat kagum atas ketekunan dan kesabaran Laba – Laba. Setelah selesai membangun rumah, Laba – Laba berterima kasih kepada Pohon karena telah memberikan tumpangan kepadanya lalu ia duduk menunggu adanya makanan yang menyangkut di rumah jaringnya.
          “ Hei Laba – Laba! Kenapa kau tidak mencari makanan tetapi malah menunggu makanan?.” Tanya Pohon penasaran.
          “ Dengan pandanganku yang kabur ini bisakah aku mencari makanan?. Tapi biarlah, ini sudah kehendak dari penciptaku.” Jawab Laba – Laba. Pohon lagi – lagi dibuat kagum oleh ketabahan Laba – Laba menjalani kehidupan dengan penglihatannya yang kabur itu.
          Hal yang ditunggu – tunggu akhirnya tiba. Seekor belalang kecil terperangkap di jaring Laba – Laba. Meskipun kecil tapi Laba – Laba tetap mensyukuri nikmat. Ia langsung melilit tubuh belalang dengan jaringnya. Lama sekali. Baru ia memakan belalang itu. Proses ini juga lama sekali. Suatu hari Laba – Laba tampak murung. Raut wajahnya tak seperti biasanya yang selalu sabar dan tabah dalam menjalani hidup. Pohon penasaran dengan keadaan Laba – Laba yang tak seperti biasanya.
          “ Hei Laba – Laba! Kenapa belakangan ini kau tampak murung?. Ceritakanlah masalahmu. Siapa tahu aku dapat membantumu keluar dari masalahmu.” Tawar Pohon.
          “ Aku ingin punya banyak teman” Balas Laba – Laba sedih.
          “ Aku mau menjadi temanmu. Aku akan membantumu mencari teman.” Tawar Pohon.
          “ Benarkah? Oh......, kau memang temanku yang baik. Lalu apa siasatmu?.” Balas Laba – Laba disertai pertanyaan balasan kepada Pohon. Kali ini wajahnya berseri – seri.
          “ Kau sembunyi di lubang kayuku dulu. Saat ada hewan yang berhenti dibawahku aku, aku akan mengenalkan kau pada mereka.” Jelas Pohon. Tentu Laba – Laba setuju dengan siasat Pohon. Esoknya siasat itu dijalankan. Pertama ada koloni semut yang lewat. Pohon menghentikan mereka.
          “ Apakah kalian mau berkenalan dengan temanku?.” Tanya Pohon kepada koloni semut.
          “ Kami mau tapi cepatlah! Kami harus segera membawa makanan ini ke sarang!.” Jawab pemimpin koloni semut. Seperti yang direncanakan, Laba – Laba keluar dari lubang kayu Pohon. Ia memperkenalkan diri dan segera menawarkan diri menjadi teman mereka.
          “ Melihat rupamu saja aku sudah jijik! Aku tidak mau menjadi temanmu!.” Bentak pemimpin koloni semut lalu ia berjalan dengan angkuh meninggalkan Pohon yang bersedih karena rencananya tak membuahkan hasil. Koloni semut lalu meniggalkan Pohon dan Laba – Laba.
          “ Tak apa kawan! Masih ada kesempatan. Mari kita coba lagi!.” Ujar Laba – Laba tanpa menampakkan sedikitpun kekecewaannya. Mereka terus melakukan itu tapi selalu gagal. Semuanya menolak Laba – Laba. Tapi akhirnya karena suatu peristiwa mereka mau bersahabat dengan Laba – Laba dengan sepenuh hati. Begini ceritanya:
          Suatu hari tiba – tiba hutan tempat tinggal Pohon dan Laba – Laba diguncang gempa bumi yang teramat dahsyat. Laba – Laba pun sembunyi di lubang kayu Pohon. Setelah gempa berhenti, terjadilah tsunami. Tapi untunglah Pohon dan Laba – Laba selamat tanpa luka. Beberapa saat kemudian datanglah warga hutan yang selamat. Mereka ingin bersahabat dengan Laba – Laba. Mereka melakukannya karena mereka sadar bahwa bencana yang menimpa mereka adalah teguran untuk mereka.

TAMAT

3 komentar:

  1. Buat semua, jangan melihat orang dari cover-nya aja ya!!

    BalasHapus
  2. ini keren lah :3
    msh bikn cerpen kan .-.?

    BalasHapus
    Balasan
    1. bukan bikin,tapi ngetik ._.
      cari2 kesempatan dulu

      Hapus