Tisa sebagai kakak Dino
Rizal sebagai Dino
Aris sebagai Tantri
Sarah sebagai korban
Zana sebagai polisi
Pentingnya Peranan Ortu dalam Membentuk Karkter Anak
Dino adalah seorang anak yatim piatu.
Orang tuanya sudah lama meninggal dunia. Kini dia hanya tinggal bersama kakak
perempuannya. Sejak ditinggal pergi oleh kedua orang tuanya akibat kecelakaan,
dia menjadi anak yang nakal, suka membangkang, suka marah tidak jelas, dan suka hura-hura. Akibat
kebiasaan buruknya itu diapun dikeluarkan dari sekolah. Kakaknya pun tak
berdaya menghadapinya jika dia sudah membabi buta. Suatu hari ketika pulang
bekerja, kakaknya kaget bukan kepalang. Kamar yang dia tinggal dalam keadaan
rapi berubah bak kapal pecah. Kak Dinapun berteriak memanggil Dino.
TISA : “Dino……………….. sini kamu!”
RIZAL : “ ada apa kak? Kayak kebakaran jenggot aja…..” (dengan tampang seolah-olah tak tahu apa-apa)
TISA : “
coba lihat kamar kakak! Siapa yang sudah melakukan ini? “
RIZAL: “ mana Dino tahu... ini kan kamar kakak seharusnya kakak
yang lebih tahu.”
TISA : “
nggak usah bohong deh,,,, pasti kamukan diam-diam masuk ke kamar kakak selama
kakak bekerja?”
RIZAL : “ kalau iya emangnya kenapa?”
TISA : “ apa
yang kamu cari? Pasti kamu ngambil uang kakak lagi iya? Emang uang yang kakak
kasih kemarin sudah habis?”
RIZAL : “ iya habislah……uang cuma 20 ribu mana cukup sehari?”
TISA : “ iya
ampun Dino…. 20 ribu kamu nggak cukup sehari? Kamu nggak mikir, betapa susahnya
kakak banting tulang bekerja untuk mencukupi biaya hidup kita sehari-hari? Tapi
kamu .. kamu menghabiskannya dengan foya-foya. Pasti kamu mabuk-mabukkan lagi?
RIZAL : “ tahu ah….. capek ku denger kakak ngomel setiap hari. Kalau kakak
ngerasa aku ini beban dalam hidup kakak. Aku akan pergi dari rumah sekarang”.
(andi kabur dari rumah )
TISA : “
Dino jangan pergi……!” (sambil berusaha mengejar Dino)
Dinopun pergi dari rumah dan bertemu dengan
temannya Tantri di pinggir jalan.
ARIS : “ hey…. Kenapa tampangmu kusut banget ? “
RIZAL : “ iya.. aku kabur dari rumah gara-gara nggak dikasih uang
sama kakakku.”
ARIS :: “ ah…cuma masalah kecil (sambil menjentikkan jari), kalau kamu mau
dapat uang, besok pagi kamu ikut aku nyari uang.”
RIZAL : “ mau ngapain ?”
ARIS : “ kita mau nyopet di halte busway. Oke!”
RIZAL : “ oey,oey….!
ARIS : “gitu donk…itu baru anak apatis….”
Keesokan harinya mereka berdua melancarkan
aksi mereka sesuai target yang telah ditentukan sebelumnya. Layaknya penumpang
biasa mereka berdua duduk santai sambil menunggu mangsa. Tak lama menunggu,
mangsa yang ditunggu-tunggu pun datang. Penampilan yang mewah mengundang nafsu
Dino tuk segera melancarkan aksi perdananya. Tapi aksinya ternyata tak berjalan
mulus.
SARAH: “
eh.. ayam… copet… (teriak sambil latah) tolong……… ada copet….! (teriak sambil
minta tolong)
Ternyata nasib Dino saat itu sangat malang.
Karena halte busway yang sedang beroperasi merupakan koridor baru, sehingga
banyak polisi yang sedang melakukan sidak sehingga tak perlu waktu lama Dinopun
ditangkap dan dipukul oleh korban pencopetan.
SARAH : “
dasar kamu ini…kecil-kecil sudah jadi copet. Emang kamu nggak dikasih makan
sama orang tua mu?” (dengan nada marah sambil memukulnya dengan tas yang
dibawa)
RIZAL : “ ampun buk…ampun bu polisi….saya kapok. Saya hanya ikut-ikutan aja.
Tolong jangan tangkap saya.”
ZANA : “ sudah. Nggak usah banyak bicara. Nanti saja dijelaskan di kantor
polisi. Mari bu ikut saya ke kantor polisi sebagai saksi.”
SARAH : “
baik pak…..”
Merekapun pergi ke kantor polisi, sedangkan
teman Dino, tantri hilang bak ditelan bumi ketika Dino ketahuan mencopet.
Sampai di kantor polisi Dino terhisak-hisak
menangis. Polisipun segera menghubungi Kak Dina. Kak Dinapun tiba di kantor
polisi beberapa saat kemudian.
TISA : “ ada
apa ini pak? Kenapa adik saya ditangkap?”
ZANA : “tadi adik anda tertangkap tangan mencopet di halte busway koridor X,
dan ibu ini adalah korbannya.”
TISA :
“benar itu No?” (heran tak percaya)
RIZAL : “ iya kak…. maafin Dino iya kak! Dino janji Dino nggak akan nakal
lagi.”
TISA : “ iya
sudahlah No, kamu nggak perlu minta maaf. Seharusnya kakak yang minta maaf sama
kamu. Gara-gara kakak kamu jadi begini. Kakak jadi merasa gagal menjadi kakak
yang baik untuk mu apalagi sejak orang tua kita meninggal. Kakak juga minta
maaf karena selama ini kakak sudah berbohong sama kamu, sebenarnya kakak selama
ini bekerja sebagai PSK.
RIZAL : “apa…???? Hiks..hiksss” (kaget sambil menangis)
SARAH : “
siapa namanya mu nak??” (Tanya korban pada Dina)
TISA : “
saya Dina bu.. dan ini adik saya Dino”
SARAH : “
tadi ibu dengar kalau kalian anak yatim piatu iya?”
TISA : “iya
bu…. tiga tahun yang lalu orang tua kami kecelakaan dan nyawa mereka tak
tertolong.”
SARAH: “
oh.. kasian sekali kalian.Bu polisi,,,saya mencabut tuntutan saya pada anak
ini, sebenarnya Dino anak yang baik, tapi karena cara kakaknya mendidik dia
yang salah sehingga dia berbuat begini.”
ZANA : “baiklah bu….Dino hari ini sudah bebas”
TISA : “apa
bu? Adik saya bebas? Terima kasih banyak bu.. saya tidak tahu dengan cara apa
saya membalas kebaikan ibu ini?”
SARAH: “iya…
nggak apa-apa. Kamu dan adikmu harus membalasnya dengan tinggal di rumah saya
dan menjadi anak angkat saya.”
TISA : “ ah…. terima kasih banyak bu… ibu
memang malaikat yang dianugrahkan tuhan pada kami. Kami tentu sangat senang
sekali apabila kami dapat membalas kebaikan ibu dengan menjadi anak angkat ibu.
Kami janji kami tidak akan mengecewakan ibu.”
SARAH : “
iya sudah ayo kita pulang ke rumah kalian untuk beres-beres karena kalian akan
tinggal di rumah ibu.”
TISA DAN
RIZAL : “ayo bu….!”
Diangkat
nya mereka oleh Ibu korban ternyata membawa perubahan. Dino kini tak lagi
nakal, dan Kak Dina pun behenti bekerja sebagai PSK. Mereka pun hidup bahagia
karena sudah menemukan orang tua baru yang bisa membimbing mereka ke jalan yang
baik. Disinilah pentingnya peranan orang tua dalam membentuk karakter anak.
Karena anak sangat membutuhkan kasih sayang dari orang tua, meskipun bukan
orang tua kandung sekalipun.
Terima kasih sudah membaca ^_^
BalasHapuskurang panjang kak, tugasku durasinya 15 menit.
BalasHapuspada bagian mencuri, kabur dr rumah, dll, bisa di improve kok :D
HapusWarko
BalasHapus